23 Februari, 2009
Pentingnya Sunnah Rasulullah SAW
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi S.A.W. yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)
Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahawa Nabi SAW telah bersabda: " Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api" (Kanzul Ummal 1: 47)
Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah S.A.W. katanya: "Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku". Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi: " Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku"
Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari Nabi S.A.W. katanya: "Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga"
Dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi S.A.W. katanya:" Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku dia akan memasuki syurga bersama-sama aku"
20 Februari, 2009
18 Februari, 2009
ADAB MAKAN
a. Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah.
Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismilah.’ Dan jika ia lupa untuk mengucapkan Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya).’” (HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264)
b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa telah selesai makan hendaknya dia berdo’a: “Alhamdulillaahilladzi ath’amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin. Niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Daud, Hadits Hasan)
Yang artinya:
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku.”
c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan.
Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan dengan menggunakan tiga jari.” (HR. Muslim, HR. Daud)
d. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilati (oleh Isterinya, anaknya).” (HR. Bukhari Muslim)
e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya dibersihkan bagian yang kotornya kemudian memakannya.
Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalian terjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan meninggalkannya untuk syaitan.” (HR. Muslim, Abu Daud)
f. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku pula pada minuman. Apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas, dan ketika minum hendaknya menjadikan tiga kali tegukan.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)
g. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya.” (HR. Ahad, Ibnu Majah)
h. Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila macamnya berbeda maka boleh mengambil yang jauh.
Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai anak muda, sebutkanlah Nama Allah (Bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.” (HR. Bukhari Muslim)
i. Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan makan dengan mendahulukan (mempersilakan mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya atau yang lebih memiliki derajat keutamaan.
j. Ketika makan hendaknya tidak melihat teman yang lain agar tidak terkesan mengawasi.
k. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan manusia dianggap menjijikkan.
l. Jika makan bersama orang miskin, maka hendaklah kita mendahulukan mereka.
Sumber: http://muslimah.or.id/akhlaq/adab-adab-makan.html
Disadur dari: Adab adab Harian Muslim, Ibnu Katsir
15 Februari, 2009
Valentine's Day
Khutbah yang disampaikan Jumaat kelmarin dan mungkin serentak di seluruh negara, adalah satu usaha untuk memberi kefahaman kepada umat Islam tentang bahayanya melakukan sesuatu amalan secara ikutan sahaja. Dengan erti kata yang lain "pak turut" lah. Melakukan sesuatu tanpa ada asas ilmu pengetahuan yang cukup.
Fadhilat solat berjamaah
Hadis 1
Diriwayatkan daripada Hazrat ‘Abdullah bin ‘Umar R.Anhuma bahawa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya solah berjemaah dua puluh tujuh kali ganda lebih afdhal daripada solah bersendirian.”
(Hadith riwayat Imam Malik, Bukhari dan Muslim)
Hadis 2
“Seorang yang bersolah secara berjemaah akan digandakan sebanyak dua puluh lima kali pahala lebih daripada orang yang bersolah bersendirian di rumah atau di kedai. Ini adalah kerana apabila seseorang itu mengambil wuduk dengan sempurna lalu berjalan menuju ke masjid semata-mata untuk bersolah maka setiap langkah yang dilangkahinya akan ditingkatkan satu darjat dan digugurkan satu dosa. Setelah bersolah, jika dia terus duduk di dalam masjid (dengan keadaan berwuduk) maka para malaikat akan memohon rahmat dan keampunan untuknya. Selama mana dia terus duduk menunggu untuk menunaikan solah yang seterusnya maka dia akan terus menerus mendapat pahala solah selama masa dia menunggu solah tersebut.”
(Hadith riwayat Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah)
Sumber/ Penerangan hadis:
Kitab Fadhilat Solat/ Fadhail Amal
Karangan Sheikul Hadis Maulana Muhammad Zakariyya rah.a.
09 Februari, 2009
Foto Kebesaran Allah palsu3 ???
Foto kebesaran Allah PALSU ???
Ada yang menyebutnya sebagai batu terbang, batu terapung, batu melayang atau batu gantung. Ada yang menyebutkan sebagai batu pijakan Nabi Muhammad saat akan mi'raj ke langit. Sang batu ingin ikut terbang ke langit, tetapi dilarang oleh Rasullullah SAW, sehingga berhenti dalam keadaan tergantung hingga sekarang.
Banyak yang percaya begitu saja gambar dan cerita tersebut. Tetapi tak sedikit juga yang bertanya-tanya. Apakah batu tersebut benar-benar ada? Benarkah itu foto asli?
Setelah beberapa lama mencari-cari kebenaran cerita dan foto tersebut, akhirnya ada penjelasan yang diperoleh dari forum berbahasa arab. Ternyata foto batu ini sudah tersebar jauh dan juga menimbulkan 'kehebohan' di antara mereka. Jika dalam versi Malaysia/Indonesia, ceritanya adalah tentang kisah isra' mi'raj di atas, maka dalam forum berbahasa arab itu cerita pengiringnya berbeza. Tidak mengenai isra mi'raj. Di situ diceritakan bahwa batu ini berasal dari wilayah Al Ahsa (bukan Al Aqsa), di bahagian timur Arab Saudi, di sebuah desa bernama Al-Tuwaitsir. Sang batu, konon ceritanya, tiba-tiba melayang setinggi sekitar 10 cm pada suatu hari di bulan April, tanpa sebab yang jelas.
Seorang anggota forum tersebut menanggapi dengan menyatakan bahwa ia tinggal di wilayah tersebut dan tidak pernah melihat ada batu yang terbang melayang. Ia pun kemudian memberikan foto-foto batu yang dimaksudkan. Ternyata, memang batu tersebut ada, namun mempunyai penyangga di bawahnya. Foto asli batu tersebut menunjukkan bahawa memang batu tersebut cukup unik. Dengan mengambil sudut pengambaran yang tepat, dilanjutkan dengan manipulasi dengan photoshop, orang dengan mudah menghilangkan penyangga tersebut untuk memberi kesan sebagai batu yang melayang di udara, kononnya.
Berikut adalah foto-foto batu asli dari berbagai sudut pengambilan gambar:
Bagaimana dengan batu yang merupakan pijakan Nabi saat isra' mi'raj?
Ini adalah gambar batu tersebut.
Ia berada di Yerusalem, Palestin Batu inilah yang dilindungi dengan bangunan yang kita kenali sebagai simbol Palestin, iaitu Masjid berkubah Emas, Dome of the Rock, atau Qubah al Shakhra atau masjid Kubah Batu berhampiran Masjid al-Aqsa
Jadi, semoga kita tidak terburu-buru percaya dengan cerita-cerita heboh, ajaib dengan kisah-kisah islami atau dihubungkan dengan kekuasaan Allah.
Jangankan cuma batu sebesar itu, Allah maha berkuasa untuk mengangkat bukit Thursina ketika mengambil sumpah kepada kaum Yahudi. Tetapi, kalau memang batu tersebut tidak melayang, tidak terbang, dan ternyata merupakan hasil manipulasi foto belaka, apakah kita akan tetap menyebarkan foto-foto tersebut lengkap dengan cerita isra' mi'rajnya?
Wallahu A'lam
Sumber/di edit dari: al-habib.tripod.com
Foto kebesaran Allah palsu 1
Tetapi sebelum itu, cuba kita renungkan:
- Pernahkah kita menanyakan keshahihan atau kebenaran dari gambar2 semacam itu? Jangan-jangan cuma lukisan kreativiti sang pelukisnya atau manipulasi gambar.
- Sebenarnya perlukah kita 'membuktikan' kebenaran Allah atau Islam dengan cara seperti ini? Atau ia hanya akan menjadi bahan olok-olok dari orang di luar Islam?
Gambar 2: Gambar sebenar Macha Pichu di Peru.
p/s: Utk gambar besar sila klik gambar.
Perhatikan, bagaimana 'orang yang memanipulasi' gambar di sebelah kiri, menambahkan bentukan mata dan mulut. Lihat pula bagaimana sisi kiri dari bukit utama 'dipendekkan' untuk memberi kesan bentukan 'hidung'.
Tentunya tidak layak kita menggunapakai sesuatu yang dipalsukan sebagai bukti kebesaran Allah.
Wallahu A'lam.
Sumber/di edit dari: al-habib.tripod.com
Fadhilat Al-Quran 1
Hadis 1
Hazrat ‘Uthman r.a. meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda,
“Yang terbaik di kalangan kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya”
(Hadis riwayat Bukhari, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, dan Ibn Majah)
Hadis 2
Hazrat Abu Sa’id r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda,
“Allah Taala berfirman, “Jikalau sesiapa mendapati tidak ada masa untuk mengingatiku dan berdoa kepadaku kerana sibuk dengan al-quran maka aku akan mengurniakan kepadanya perkara yang terbaik yang Aku kurniakan kepada orang yang berdoa kepadaku. Ketinggian perkataan Allah Taala ke atas segala perkataan adalah seumpama ketinggian Allah Taala ke atas segala makhluk (ciptaanNya).”
(Hadis riwayat Tirmizi, Darimi, dan Baihaqi)
Hadis 3
Hazrat ‘Uqbah bin Amir RA berkata, “Rasulullah SAW datang kepada kami ketika kami sedang duduk di atas ’suffah’ dan bertanya,
“Siapakah antara kamu yang suka pergi ke pasar Buthan atau ‘Aqiq setiap hari dan membawa pulang dua ekor unta betina daripada jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa pun atau memutuskan silaturrahim?”
Kami menjawab, “Setiap orang daripada kami akan menyukainya,”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang pergi ke masjid dan mengajar atau membaca dua potong ayat daripada al-quran adalah lebih baik baginya daripada dua ekor unta betina, tiga ayat adalah lebih baik baginya baginya daripada tiga ekor unta betina, dan begitu juga empat potong ayat adalah lebih baik baginya baginya daripada empat ekor unta betina dan mengikut bilangan ayat-ayat yang sama dengan bilangan unta jantan (al-ibil).”
(Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
Hadis 4
Hazrat ‘Aishah r.anha meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda,
“Seseorang yang ahli dalam al-Quran akan berada bersama malaikat pencatat yang mulia dan jujur. Seseorang yang membaca al-Quran dengan tersekat-sekat dan bersusah payah untuk membacanya akan mendapat dua ganjaran,”
(Hadis riwayat Bukhari, Abu Daud, Tirmizi, dan Ibnu Majah)
Hadis 5
Hazrat ‘Abdullah bin ‘Umar r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak dibenarkan sebarang hasad kecuali terhadap dua jenis orang. Sesorang yang Allah Taala telah merahmatinya dengan pembacaan al-Quran maka dia berada dalam keadaan demikian siang dan malam dan seseorang yang dikurniakan harta dan dia membelanjakan harta itu (di jalan Allah Taala) siang dan malam.”
(Hadis riwayat Bukhari, Tirmizi, dan Nasai)
Hadis 6
Hazrat Abu Musa r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda,
“Perumpamaan seseorang mukmin yang membaca al-Quran adalah seperti limau manis, berbau sedap dan rasa limau itu manis. Perumpamaan seseorang mukmin yang tidak membaca al-Quran adalah seperti buah tamar, sungguhpun tidak mempunyai bau namun berasa manis. Perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca al-Quran adalah seumpama buah ‘peria pahit’, buah itu tidak mempunyai bau dan berasa pahit. Perumpamaan orang munafiq yang membaca al-Quran adalah seperti bunga ‘raihanah’, berbau harum, tetapi berasa pahit.”
(Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Nasai dan Ibnu Majah)
Hadis 7
Hazrat Umar r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah Taala memuliakan ramai orang melalui kitab ini (Al-Quran) dan menghinakan ramai orang dengannya.”
(Hadis riwayat Muslim)
Hadis 8
Hazrat ‘Abdul Rahman bin ‘Auf r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda,
“Tiga perkara akan berada di bawah naungan ‘Arasy Allah Taala pada hari kiamat. Pertama, al-Quran. Al-Quran akan berhujah dengan manusia dan Al-Quran ini mempunyai zahir dan batin. Kedua, amanah. Ketiga, tali persaudaraan (silatur-rahim) yang akan mengisytiharkan, “ketahuhilah, sesiapa yang menghubungkan daku maka Allah Taala akan menghubungkannya (dengan rahmatNya), sesiapa yang memutuskan daku maka Allah Taala akan memutuskannya (daripada rahmatNya).”
(Hadis diriwayatkan dalam kitab Sharhussunnah)
Hadis 9
Hazrat ‘Abdullah bin ‘Amr r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda,
“(Pada hari pengadilan kelak) akan dikatakan kepada orang al-Quran, “Bacalah al-Quran dengan tartil sebagaimana kamu telah membacanya di dunia dan naiklah (darjat demi darjat di dalam syurga). Sesungguhnya tempat (kedudukan) kamu adalah pada ayat terakhir yang kamu baca.”
(Hadis riwayat Ahmad, Tirmizi, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hiban dalam sahihnya.)
Hadis 10
Hazrat ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda,
“Sesiapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah Taala maka untuknya diberi satu ‘hasanah’ (kebaikan) sebagai ganjaran bagi huruf itu dan satu hasanah adalah sama dengan sepuluh pahala. Aku tidak berkata (’Alif, lam, mim) sebagai satu huruf tetapi (alif) adalah satu huruf, (lam) adalah satu huruf dan (mim) adalah satu huruf.”
(Hadis riwayat Tirmizi)
Sumber/ Huraian hadith daripada kitab:
Fadhilat Al-Quran/ Fadhail A'mal
Karangan Shaikhul Hadith Hazrat Maulana Zakariyya rah.a.