Sahabat

09 Ogos, 2007

Sunnah Yang Diremehkan

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Surah Al Ahzab: 21)

Secara bahasa, sunnah berarti jalan. Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu perbuatan yang berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Meskipun demikian, sebagai realisasi cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kita harus memposisikan perbuatan sunnah, sejalan dengan 'rekomendasi' Allah: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (keda-tangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab: 21). Ibnu Katsir berkata: "Ayat ini adalah dalil yang kuat untuk meneladani Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ucapan, perbuatan dan sikap beliau." Meniru dan meneladani seseorang adalah manifestasi cinta.

Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga lebih mencintai aku, daripada orang tuanya, anak-anaknya dan segenap manusia." (HR. Al Bukhari dan Muslim dari Anas Radhiallahu Anhu). Kerana itu, pertanda seberapa besar cinta kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam di antaranya dapat diukur dengan perhatian kita dalam meneladani setiap ucapan dan tindak tanduk beliau. Tapi ironinya, kerana merasa tak akan mendapat dosa, umat Islam banyak yang meremehkan masalah-masalah sunnah. Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, yang senantiasa berusaha menerapkan setiap apa yang ia ketahui dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hingga kini, banyak masalah sunnah yang terlupakan bahkan diremehkan oleh umat. Adapun di antara sunnah-sunnah yang sering dilupakan dan diremehkan adalah sebab:

Pertama: Berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung sebelum berwudhu). Ketika berwudhu, banyak orang yang tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yang hanya berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal dua-duanya merupakan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid meriwayatkan tentang cara berwudhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "berkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu tiga kali." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua: Berwudhu sebelum mandi dari hadats besar. Jarang orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan sunnah. Dalam benak mereka, yang terpikir hanyalah bagaimana bisa menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah, di antaranya adalah mengawali mandi tersebut dengan berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam hadits Aisyah Radhiallahu Anha; "Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bila mandi dari jinabat, memulai dengan mencuci kedua tapak tangannya, lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya, lalu menyiram kepalanya dengan tiga kali cidukan dari kedua tangannya, lalu menyiram seluruh kulit (tubuhnya)." (HR. Bukhari)

Ketiga: Mendatangi shalat dengan tenang. Bila iqomat telah dikumandangkan, atau shalat jama'ah telah didirikan kita banyak menyaksikan orang-orang berlarian untuk mendapatkan ruku' bersama imam. Di samping jauh dari sunnah, perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa khusyu', dan mengganggu mereka yang sedang shalat. Untuk menanggulangi hal tersebut, hendaknya kita datang berjamaah lebih awal, yang dengan begitu kita bisa melakukan perbuatan sunnah yang lain. Shalat sunnah qabliyah, misalnya. Petunjuk cara mendatangi shalat berjamaah telah diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda: "Bila shalat telah didirikan, jangan mendatanginya dengan tergesa-gesa, tetapi datanglah dengan berjalan secara tenang. Apa yang kamu dapatkan maka shalatlah dan apa yang kamu ketinggalan darinya maka sempurnakanlah." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Keempat: Shalat dengan memakai sutrah (penghalang). Shalat dengan memakai sutrah sering tidak diperhatikan, khususnya ketika shalat sunnat. Hal ini tentu jauh dari sunnah. Dari Nafi' bin Abdillah, "bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menancapkan tombak kemudian beliau shalat (tepat) di hadapannya." (HR. Bukhari)

Kelima: Merapatkan pundak dengan pundak dan telapak kaki dengan telapak kaki dalam shaf (barisan) shalat jama'ah. Mayoritas shaf-shaf di setiap shalat jama'ah di banyak masjid selalu kita dapati kekurangan. Misalnya tidak lurus atau kurang rapat. Yang lebih menyedih-kan, ada orang yang marah bila diingatkan. Inilah potret kebodohan umat tentang sunnah. Padahal Anas Radhiallahu Anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

"Luruskanlah barisan-barisan kalian, sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku. Dan setiap orang dari kami merapatkan pundaknya dengan pundak kawannya, dan telapak kakinya dengan telapak kaki kawannya." (HR. Bukhari).

Hadits di atas menegaskan bagaimana besarnya perhatian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam soal lurus dan rapatnya barisan shalat.

Keenam: Shalat malam/ tahajud. Banyak orang mengeluh dirinya sulit sekali bangun malam. Memang benar, bangun malam itu tidak mudah. Ia membutuhkan usaha dan kesabaran. Untuk memudahkan bangun malam, ikutilah nasehat-nasehat berikut ini:

1.Tinggalkan maksiat dan dosa! Sebab keduanya menghalangi manusia dari keta'atan.

2.Niatlah sungguh-sungguh untuk bangun dan ikhlas karena Allah. Baik pula jika disertai do'a memohon diberi kekuatan bangun tengah malam.

3.Bersegera tidur. Begadang malam hanya akan membuatmu terlambat bangun. Apalagi jika tiada manfaatnya.

Sekedar ngobrol misalnya. Bahkan hingga untuk pekerjaan penting sekali-pun, Anda harus membatasi waktunya.

4.Tidak makan terlalu banyak menjelang tidur. Makan banyak akan membuat orang malas beribadah.

5.Membaca do'a-do'a yang disun-nahkan ketika mau tidur.

6.Meletakkan alarm atau sejenisnya sehingga bisa bangun sesuai dengan waktu yang diinginkan.

Saudaraku, usahakanlah selalu shalat malam. Mudah-mudahan do'a atau air matamu di sepertiga malam bisa menyelamatkanmu dari siksa Neraka. Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam ditanya: "Shalat apakah yang paling utama setelah shalat fardhu ?" Beliau menjawab: "Shalat di tengah malam." Ia bertanya (lagi) : "Dan puasa apakah yang lebih utama setelah Ramadhan ?" Beliau menjawab: "Puasa pada bulan Muharram." (Hadits riwayat Al Jama'ah kecuali Al Bukhari dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu)

Ketujuh: Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan Neraka Jahannam, dari fitnah kehi-dupan dan kematian, fitnah Dajjal dan dari dosa serta hutang. Mohon perlin-dungan tersebut diucapkan menjelang akhir do'a tasyahud dalam shalat. Urwah bin Zubair berkata, Ai'syah Radhiallahu Anha mengabarinya bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam shalatnya berdo'a: "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah Dajjal, dan aku berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dan hutang." Aisyah Radhiallahu Anha berkata: "Seseorang kemudian bertanya kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam: "Betapa sering engkau memohon perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab:

"Sesungguhnya orang yang berhutang itu bila berkata dusta dan bila berjanji mengkhianati." (HR. Muslim)

Kedelapan: Berdo'a sebelum salam. Abdullah bin Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq Radhiallahu Anhu, bahwasanya beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam: "Ajarkanlah kepadaku do'a yang kupanjatkan dalam shalat." Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab: "Ucapkanlah: "Ya Allah, sesungguhnya aku terlalu banyak menganiaya diriku sendiri, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka ampunilah aku dari sisiMu, dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang." kemudian hendaknya ia memilih do'a yang disenanginya lalu berdo'a dengannya. (HR. Al Bukhari) Do'a ini dibaca setelah do'a mohon perlindungan (lihat ketujuh), selanjutnya kita membaca do'a yang kita kehendaki. Alangkah baiknya kita membiasakan berdo'a pada waktu-waktu yang ditunjukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di waktu yang mustajab tersebut kita meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akherat.

Kesembilan: Shalat sunnah di rumah. Banyak manfaat shalat sunnah di rumah, di antaranya:

1.Shalat sunnah di rumah adalah tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

2.Ia lebih menjaga keikhlasan hati dari sikap riya' dan ingin dipuji orang.

3.Shalat sunnah di rumah dengan sendirinya mengajarkan cara shalat yang benar kepada anggota keluarga, terutama kepada isteri dan anak-anak.

Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Lakukanlah sebagian shalat-shalat (sunnah)mu di dalam rumah, dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan." (HR. Al Bukhari) Aisyah Radhiallahu Anha berkata: "Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur, kemudian keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk (rumah lagi) lalu shalat dua rakaat. Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat, kemudian masuk (rumah) dan shalat (sunnah) dua rakaat. Beliau shalat Isya' bersama para Sahabat, kemudian masuk rumahku, lalu shalat (sunnah) dua rakaat." (HR. Muslim) Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam rumah. Terutama ba'diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayatpun yang mengatakan bahwa beliau pernah melakukannya di dalam masjid."

Rujukan utama

Sunan Majhulah, Abdullah Abdurrahman Salamah.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...